Kerak tipis dan tebal yang dimiliki Mars saat ini adalah warisan tabrakan masa lalu di planet tersebut.

Duerrr … saat tabrakan besar mendera Mars 4 milyar tahun lalu, peristiwa ini membentuk lekukan besar di belahan utara dan menyebabkan planet merah ini tampak miring. Sebagian lekukan memang tersembunyi dari penglihatan para ilmuwan karena lebarnya rentang gunung api Tharsis yang melintas di area tersebut. Hal yang bisa diketahui para ilmuwan adalah ada perbedaan sekitar 30 km pada ketebalan kerak planet di dataran rendah utara dan dataran tinggi selatan.

Dikotomi kerak atau pembagian kerak menjadi dua kelompok diperkirakan disebabkan oleh tabrakan besar, atau bisa jadi berasal dari pergeseran selubung Mars. Satu set perhitungan dibuat oleh Jeffrey Andrews-Hanna dan timnya dari Massachusetts Institute of Technology, yang menunjukkan bukti kuat adanya tabrakan besar yang membentuk kawah empat kali lebih besar daripada yang pernah terlihat di Tata Surya.

Dalam modelnya itu, Jeffrey memindahkan Tharsis dari Mars, untuk mencari tahu mengapa ada transisi antara kerak tebal dan tipis. Dan saat Tharsis dihilangkan, dia pun melihat keberadaan kawah yang sangat besar dengan panjang 10.600 km dan lebar 8.500 km. Dataran rendah Mars merupakan proyeksi elips yang sangat besar, dan proses yang mengakibatkan terjadinya penekanan itu adalah tabrakan yang sangat besar.

Kolam lainnya yang tercipta akibat adanya tabrakan besar juga berbentuk elips dan memiliki bentuk yang mirip dengan dataran rendah utara Mars.

Tebal Tipisnya Kerak
Meteorit pastinya telah membuat batuan dari dataran rendah utara Mars terlontar saat terjadi tabrakan, sehingga membentuk kawah yang dikenal sebagai kawah Borealis. Sebagian dari batuan yang terlontar itu tampak mengumpul di sisi lain planet, sehingga membuat keraknya makin tebal. Ide adanya dikotomi kerak yang disebabkan oleh tabrakan besar diajukan tahun 1980-an oleh Don Wilhelms dari US Geological Survey dan Steven Squyres, direktur proyek Mars Rover. Ide itu sendiri saat dilontarkan lebih bersifat intuitif dan bukan berasal dari sebuah hasil perhitungan. Ternyata, setelah 25 tahun, intuisi itu bisa dibuktikan kebenarannya lewat perhitungan.

Kalkulasi yang lebih presisi dan lebih baik akan terus dikembangkan dan dikombinasikan dengan hasil pengamatan. Bagaimanapun, perlu diingat, alasan yang disampaikan tersebut sangat memungkinkan dan merupakan sebuah langkah maju yang signifikan.

Sumber : Nature